Dan jika aku sakit, Dialah yang menyebuhkan aku. (Qs. As
Syu’araa : 80)
Dalam udara yang kita hirup dan makanan yang kita telan,
milyaran mikro organisme ikut masuk dalam tubuh. Jika kita sehat, tubuh kita
mampu mengontrol keberadaan mereka hingga tidak berkembang menjadi
membahayakan. Kuman-kuman tertentu hidup ditubuh kita tanpa menimbulkan
gangguan. Kuman-kuman yang merupakan penghuni tetap di dalam tenggorokan sehat
dapat menyebabkan encephalitis (radang otak) jika nyasar ke dalam otak. Kulit
kita tidak terganggu oleh Staphylococcus albus (satu jenis bakteri). Jika
bakteri ni masuk ke dalam sistem darah, semisal melalui pembedahan, maka akan
berakibat fatal. Kulit yang sehat tanpa luka dapat menahan hampir segala macam
penyakit.
Beberapa diantara mereka malah sudah menjadi bagian dari
kehidupan manusia. Jenis-jenis penyakit yang bersifat kosmopolit. Cacingan,
flu, berbagai penyakit kulit akrab dikeseharian.
Walaupun terjadi luka yang diikuti oleh masuknya penyakit
tertentu, tubuh kita telah disiapkan Allah untuk menghadapinya. Segera setelah
terjadi luka, dan infeksi, tubuh segera mengumpulkan bahan-bahan pertahanan.
Antara lain : antibodi yang membasmi kuman, sel polisi (phagocytic) untuk
mengepung kuman dan sampah-sampah jaringan, dan sel khusus yang bergerak ke
daerah infeksi untuk melindungi sel-sel jaringan yang masih sehat.
Suhu tubuh juga ikut berperan untuk menangani infeksi. Demam
merupakan mekanisme tbuh guna membunuh atau setidaknya membuat kuman tidak
berdaya. Kuman-kuman dapat hidup dengan subur di dalam tubuh yang bersuhu 37°C,
tetapi kalau suhu tubuh meningkat menjadi 39,5°C maka kuman menjadi tidak
berdaya.
Terkadang kuman yang masuk sukar untuk di musnahkan dengan
mekanisme “tradisional” seperti di atas. Maka tubuh menyiagakan sistem pertahan
lainnya yang lebih canggih disebuut sistem kekebalan (imunitas) spesifik. Cara
mereka menghancurkan agen penyakit adalah dengan mendeteksi identitas zat dalam
tubuh. Pemeriksaan dilakukan menggunakan sistem imunoglobulin. Imunoglobulin
terdapat pada permukaan limfosit. Mereka berada dalam sistem limfe atau getah
bening. Ibarat sebuah lubang kunci raksaksa yang dapat mengenali beragam anak
kunci. Jika masuk anak kunci yang cocok, maka dianggap sebagai musuh. Kunci ini
disebutnya antibodi. Jadi bukan otak yang mengenali kuman penyakit. Kuman yang
dikenali disebut antigen.
Hebatnya, sistem ini memiliki daya ingat. Setiap kuman akan
memiliki penanda sendiri. Yang bertugas memberi label adalah limfosit-T. Ada
lagi jenis limposit lain, yaitu limfosit-B. Melalui mereka diproduksi sejum
antibodi yang beredar dalam tubuh.
Jika seorang untuk pertama kalinya disusupi penyakit, maka
petugas keamanan tubuh dalam satu dua minggu akan terdesak. Mereka harus
menyusun strategi mengenali sang musuh. Menyusun antibodi yang cocok untuk sang
kuman. Setelah itu jumlah antibodi akan bertambah banyak untuk kemudian memukul
balik sang kuman. Selama satu atau dua minggu ini orang tersebuut jatuh sakit.
Demam, meriang, pusing dan sebagainya.
Setelah sembuh, tubuh orang tersebut telah memiliki antibodi
untuk jenis penyakit yang sama. Karena itu jika penyakit tersebut menyerang
kembali, tubuh tidak memerlukan waktu lama untuk membalas serangan dan
memusnahkan sang kuman. Tanpa menunggu terserang penyakit manusia dapat
memiliki antibodi setiap penyakit (khususnya dari jenis virus). Inilah yang terjadi
dengan mekanisme imunisasi. Seorang bayi menjadi kebal campak, polio tanpa
perlu pernah terserang penyakit tersebut.
Begitu cara Allah mengobati berbagai serangan penyakit.
Melalui teknologi kedokteran, farmasi, dan genetika manusia mencoba mengekplorasi
dan membantu mekanisme penyembuhan anugrah ialahi ini. Sayangnya, manusia
kurang bersyukur membina “obat segala” penyakit ini.
Meski perkembangan ilmu kedokteran telah berhasil menciptakan
ratusan vaksin dan obat-obatan untuk menghantam virus, bakteri jamur dan
sebagainya, tapi tetap saja rumah sakit penuh sesak. Penyebab seseorang jatuh
sakit bukan cuma organisme cilik. Sakit bisa timbul karena infeksi, keturunan,
usia, kecelakaan, dan kebiasaan hidup seperti makan-minum, lingkungan atau
kepribadian.
Pada akhirnya, kebiasaan hiduplah yang menjadi penentu
berfungsi tidaknya sistem kekebalan kita. Kehidupan perkotaan yang penuh dengan
persaingan, tekanan dan lingkungan yang cenderung tidak akrab dengan polusinya,
membuat manusia selalu siaga, tegang. Menguras energi. Inilah yang disebut
stres. Kala stres menyerang, kedekatan diri padaNya jauh berkurang. Dalam
kondisi stres, pertahan tubuh menjadi lebih rentan.
Untuk mewujudkan kesehatan paripurna, sesunguhnya bukan hal
yang sulit. Perlakukanlah tubuh sesuai dengan fitrah penciptaanya. Jika dalm
bersikap, bertindak secar fisik dan mental telah menyesuaikan diri dengan
batasan dan karakter tubuh, maka jauhlah penyakit. Allah telah menciptakan
sistem peringatan dini dalam tubuh kita. Lelah, lapar, panas, dingin, ngantuk,
nyeri dan sakit merupakan sistem peringatan dini. Tatkala sistem tersebuut
menyala, berarti telah terjadi tindakan melapaui kemampuan tubuh. Sayang
kebiasaan kita malah lebih sering menzalimi tubuh sendiri, meski tubuh telah
berteriak kesakita.
Walau demikian, sakit dan penyakit merpakan mekanisme alamiah.
Pada masanya penyakit memang harus menyerang jua. Ketika itu ia menyalakan
sistem peringatan yang lain. Sistem peringatan keimanan. Diriwayatkan daripada
Abu Said r.a katanya: Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasulullah s.a.w
bersabda: Setiap musibah yang di timpa ke atas orang-orang mukmin yang berupa
sakit dan berterusan, sakit yang biasa dan kesedihan bahkan membawa kepada
kebingungan dari musibah yang beliau alami, maka hal yang demikian merupakan
penghapus bagi kesalahan-kesalahannya. Maka terimalah kedatanganya dengan
senyuman.
trima kasih pak
BalasHapuslikeee..
BalasHapus